MENYUSURI MATA RANTAI KRATON MATARAM : KOTAGEDE, KERTA, PLERET & KARTOSURO
Jika
diurut mata rantai pada awal perkembangan hingga masa suramnya, jelas
bisa ditarik kesimpulan bahwa sebuah kerajaan dan kekuasaan di dunia ini
memiliki batas-batas tertentu dan tidak bersifat abadi. Mataram yang
semula berupa hutan (Mentaok) dan dirintis pembangunanannya oleh Ki Gede
Pemanahan pada awalnya hanya sebuah "Kabupaten" dibawah kekuasaan
Kesultanan Pajang yang dikuasai oleh Sultan Hadiwijaya.
Rintisan
Ki Gede Pemanahan berkembang pesat sejak dilanjutkan oleh putranya,
Panembahan Senapati. Panembahan Senapati merupakan raja pertama Kraton
Mataram yang berpusat di Kotagede. Kala itu kekuasaan Pajang sudah
runtuh dan "wahyu" kraton telah berpindah ke bumi Mataram. Mataram
dengan pusat pemerintahannya di Kotagede berkembang pesat menjadi
kerajaan besar melanjutkan "tradisi" kebesaran kerajaan di tanah Jawa
seperti Kediri, Singasari, Majapahit, Demak, dan Pajang.
Puncak
kebesaran Mataram semakin nyata tatkala Sultan Agung Hanyokrokusumo
bertahta dengan pusat pemerintahan di Kerta dan Pleret. Sampai sekarang
peninggalan kebesaran Kraton Mataram, baik yang berpusat di Kotagede
maupun Kerta-Pleret masih bisa dibuktikan. Kotagede sekarang ini
merupakan wilayah kecamatan di Kodya Yogyakarta. Sedangkan Kerta-Pleret
terletak di Kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta. Sebagian peninggalan
Kraton Mataram seperti Istana Kotagede, Masjid Kotagede, Makam
Hastarenggo, Batu Gilang serta Batu Gateng, dan Pasar Kotagede masih
bisa dilihat keberadaannya.
Sedangkan
peninggalan di Kerta hanya berupa Ompak (Batu) karena dipindahkan ke
Pleret. Sedangkan yang merupakan peninggalan Kraton Pleret berupa
nama-nama dusun, pohon beringin, dan Sumur Gemuling. Mata rantai Kraton
Mataram, dari Kotagede, Kerta, Pleret, dan Kartosuro memang bernilai
sejarah tinggi. Meski tidak semua peninggalan bisa dilihat sekarang,
karena sebagian telah musnah karena peperangan dan gempa bumi. (Haryadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar