Pada
dasarnya kolam bambu dan kolam knockdown adalah kolam terpal juga,
seperti halnya terpal yang digelar dicekungan tanah. Hanya bahan
konstruksinya saja yang berbeda. Kolam knockdown biasanya memakai
struktur utama pipa besi dan kawat kasa ayam sebagai penopang terpal,
sementara kolam bambu menggunakan tiang pancang dan bilah bambu.
Kolam
bambu banyak digunakan oleh pembudidaya belut di Solo dan Yogyakarta.
Dibanding kolam semen, investasi kolam bambu relatif lebih murah.
Disamping itu, rata-rata kuat bertahan sampai tiga kali pakai.
Kolam
bambu dibangun di atas permukaan tanah, dengan dinding kolam setinggi 1
meter. Masing-masing sisi kolam ditopang oleh beberapa tiang pancang
bambu. Jumlah tiang pancang tiap sisi tergantung pada ukuran bambu dan
luas kolam. Untuk bambu ukuran besar (diameter 10 cm atau lebih), jarak
antara tiang pancang satu dengan yang lain bisa dibuat sampai 1,5 meter.
Untuk bambu ukuran kecil atau kolam ukuran besar, sebaiknya jarak antar
tiang pancang tidak lebih dari 1 meter.
Supaya
tidak terjadi pemborosan terpal atau jangan sampai harus menyambung
terpal, ukuran kolam disesuaikan dengan ukuran terpal. Panjang (lebar)
kolam = Panjang (lebar) terpal-2. Jadi, terpal ukuran 6 x 5 meter bisa
digunakan untuk membuat kolam bambu ukuran 4 x 3 meter. Tanpa harus
memotong terpal, masing-masing 1 meter sisanya digunakan sebagai penutup
dinding kolam setinggi 1 meter.
Di bawah ini ilustrasi penempatan tiang pancang untuk kolam ukuran 4 x 3 meter.
Jumlah tiang 14 batang, dengan panjang masing-masing 140 cm. 100 cm sebagai penopang dinding kolam, sisanya ditanam di tanah.
Supaya
awet, tiang pancang sebaiknya dioles oli terlebih dahulu. Bisa
seluruhnya, boleh juga hanya setinggi 50 cm pada bagian bawah saja,
untuk mencegah serangan rayap.
Bilah
bilah bambu dipasang mendatar pada tiang pancang. Sebelum dipasang
bilah sebaiknya digosok sampai halus, untuk menghindari resiko terpal
robek akibat tekanan air dan sering bergesekan dengan bilah.
Supaya
terpal lebih kuat menahan tekanan air, sebaiknya untuk dinding setinggi
1 meter digunakan 11 – 12 bilah bambu. Semakin ke bawah, jarak antar
bilah dibuat semakin rapat, karena semakin dekat dasar kolam tekanan air
juga semakin besar.
Setelah
struktur penopang terpal selesai terpasang seluruhnya, sekarang giliran
memasang terpal. Supaya lebih mudah mengikat terpal, sebaiknya gunakan
terpal yang memiliki cincin lobang pada setiap sisinya. Ikatkan lobang
itu menggunakan tali ke bilah bambu atau tiang pancang.
Terakhir, jangan lupa
memasang saluran pelimpah. Paling mudah, gunakan pipa paralon. Dulu saya
memakai pipa diameter 1 inchi, diletakkan sedikit di bawah bibir kolam,
disesuaikan dengan tinggi permukaan air dan media, supaya tidak perlu
membuat lobang pada terpal. Tapi saat hujan lebat, beberapa belut
ternyata lolos keluar lewat celah terpal yang melorot. Akhirnya terpaksa
terpal dibolong, lobang keluarnya memakai shok drat luar dan dalam
untuk paralon. Ujung bagian dalam di tutup lalu diberi lobang
kecil-kecil. Supaya bagian terpal yang dibolong tidak mudah robek, pada
bagian itu dilapis plastik tebal berbentuk piringan yang diberi lobang,
lalu di lem pada terpal.
Seandainya
kolam dibangun di tempat terbuka, maka untuk mencegah terpaan sinar
matahari secara langsung, di atas kolam sebaiknya diberi pelindung dari
paranet.
Untuk
kolam berukuran lebih kecil (sekitar 3 x 1 meter), bisa menggunakan
kerangka pipa leding dan anyaman kawat. Jenis kolam ini disebut knock
down karena relatif lebih gampang dibongkar pasang ketimbang kolam
bambu. Hanya saja, kolam knock down membutuhkan investasi jauh lebih
mahal, tidak sebanding dengan daya tampungnya.
Saya
sendiri lebih suka kolam terpal konvensional, dengan menggelar terpal
pada lubang galian di tanah. Lebih awet. Kolam di atas permukaan rawan
jebol. Selain akibat tekanan media dan air yang besar, terutama pada
sisi dekat dasar kolam, cakaran kucing dan patokan ayam juga turut andil
membuat terpal gampang bolong.
Untuk
membangun kolam tanam dengan kedalaman 1 meter, tanah cukup digali
sedalam 50 sentimeter. 50 senti sisanya diperoleh dengan cara menimbun
tanah hasil galian di sekeliling kolam. Dengan demikian, bibir kolam
berada 50 sentimeter diatas permukaan tanah.
Sebelum
terpal dibentangkan, di atas tanah asli pada dasar kolam diberi sekam
terlebih dahulu kurang lebih setinggi 10 sentimeter, sebagai alas supaya
terpal tidak mudah robek. Sedang bagian terpal yang menutup tanah
timbunan di bibir kolam di tindih menggunakan batako, supaya lebih tahan
terhadap tiupan angin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar